
Era Post-Truth: Ketika Emosi Mengalahkan Fakta
Di era digital sekarang, kebenaran bukan lagi satu-satunya faktor yang membentuk opini publik. Kita hidup di masa post-truth, ketika emosi dan keyakinan pribadi lebih berpengaruh dibandingkan fakta objektif.
Konten bisa viral bukan karena akurat, tapi karena:
- Menyentuh emosi audiens.
- Memicu kemarahan atau rasa penasaran.
- Menguatkan pendapat yang sudah ada.
Bagi brand, fenomena ini adalah tantangan besar dalam menjaga reputasi digital.
Ancaman Viral untuk Reputasi Brand
Satu komentar negatif di media sosial bisa berubah jadi ribuan retweet.
Satu video singkat bisa memicu gelombang komentar pedas.
Dan satu narasi keliru bisa membentuk persepsi publik hanya dalam hitungan jam.
Masalahnya, klarifikasi berbasis fakta sering kalah cepat dibanding viralnya isu. Bahkan, banyak informasi yang sengaja dipelintir demi membentuk opini tertentu. Jika brand tidak siap, reputasi bisa hancur karena isu yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Kunci Strategi: Media Monitoring & Social Media Listening
Menghadapi era post-truth bukan hanya soal cepat merespons. Yang lebih penting adalah membaca arah percakapan publik sebelum isu membesar.
Dengan media monitoring dan social media listening, brand dapat:
- Mengetahui topik yang sedang ramai dibicarakan.
- Mengidentifikasi siapa yang memulai narasi.
- Menganalisis perkembangan sentimen (positif, netral, negatif).
- Memetakan risiko yang berpotensi menjadi krisis reputasi.
Teknologi AI untuk Reputasi Brand
Skema Data Indonesia memanfaatkan AI dan Natural Language Processing (NLP) untuk memantau percakapan publik secara real-time. Dengan teknologi ini, brand bisa mendapatkan gambaran utuh tentang:
- Tren percakapan publik.
- Isu yang berpotensi viral.
- Pola sentimen yang membentuk persepsi audiens.
Menguasai Narasi di Era Post-Truth
Di era ini, siapa yang menguasai narasi akan menguasai perhatian publik. Bukan hanya soal cepat berbicara, tapi juga cerdas membaca situasi.
Karena pada akhirnya, di antara fakta dan viral, yang paling menentukan adalah brand yang mampu menjaga kepercayaan melalui strategi monitoring, respon empatik, dan komunikasi yang konsisten.