Dari Percakapan Online ke Keputusan Bisnis: Strategi Data-Driven untuk Ekspansi yang Tepat Sasaran
Dalam merencanakan ekspansi bisnis, pemilihan lokasi cabang baru tidak bisa hanya mengandalkan ketersediaan lahan atau jumlah penduduk. Perilaku konsumen, tren lokal, persepsi masyarakat, hingga kekuatan dan kelemahan kompetitor perlu dipahami secara menyeluruh.
Di era digital, seluruh informasi ini dapat terbaca melalui percakapan online. Di sinilah media monitoring dan social media listening menjadi alat penting bukan hanya untuk memantau reputasi, tetapi juga untuk mengungkap peluang bisnis dan menentukan strategi ekspansi yang tepat.
Bukan Sekadar Memantau: Bagaimana Monitoring & Listening Memberi Insight Bisnis
Keduanya bekerja dengan cara mengumpulkan dan menganalisis percakapan digital berbasis kata kunci. Bedanya ada pada fokus datanya:
- Media Monitoring berfokus pada pemberitaan dan percakapan di media online untuk mengetahui apa yang sedang terjadi terkait brand atau isu tertentu.
- Social Media Listening membaca percakapan di platform sosial untuk memahami bagaimana konsumen berpikir dan merasakan, sehingga menghasilkan insight strategis seperti peluang pasar, preferensi konsumen, dan potensi lokasi ekspansi.
Mengapa Penting untuk Ekspansi Bisnis?
Saat perusahaan ingin membuka cabang baru, beberapa pertanyaan kunci perlu dijawab:
- Apakah ada kebutuhan atau permintaan nyata di wilayah tersebut?
- Bagaimana perilaku konsumen terhadap kategori produk/layanan kita?
- Siapa kompetitor yang dominan dan bagaimana mereka dipersepsikan?
- Apakah brand kita sudah cukup dikenal dan diterima di sana?
Media monitoring dan social media listening membantu menjawab pertanyaan ini melalui data percakapan nyata, bukan asumsi.
1. Mengetahui Demand Lokal
Social listening menunjukkan apa yang paling banyak dibicarakan masyarakat: kebutuhan, keluhan, dan preferensi. Misalnya, jika banyak keluhan terkait sedikitnya fasilitas olahraga kelas komunitas, itu menunjukkan peluang pasar.
2. Menganalisis Kompetitor
Media monitoring dapat menunjukkan:
- Seberapa sering kompetitor dibicarakan
- Keluhan atau kekuatan yang mereka miliki
Insight ini membantu menentukan posisi diferensial saat memasuki pasar baru.
3. Mengukur Sentimen Terhadap Brand
Jika sentimen di area tersebut positif, ekspansi dapat dilakukan lebih cepat. Jika negatif, brand perlu menguatkan komunikasi terlebih dahulu.
4. Menentukan Strategi Komunikasi Lokal
Setiap wilayah memiliki karakter bahasa dan preferensi gaya komunikasi yang berbeda. Social Media Listening membantu menentukan pendekatan yang lebih relevan dan mudah diterima.
Contoh Kasus: Ekspansi Lapangan Padel di Bandung
Sebelum membuka cabang baru, perusahaan melakukan social media listening untuk membaca potensi pasar.
Hasil analisis menunjukkan:
- Volume percakapan meningkat → minat terhadap padel sedang bertumbuh.
- Sentimen positif, namun keluhan tentang lapangan penuh cukup tinggi.
- Geo-tag menunjukkan percakapan paling aktif di area Dago dan Setiabudi → konsentrasi minat terbesar.
- SOV (Share of Voice) mengungkap bahwa kompetitor banyak dibicarakan, namun dominan dengan keluhan layanan → terdapat peluang untuk masuk dengan value yang lebih baik.
Hasil Insight → Keputusan Ekspansi yang Lebih Tepat:
- Membuka cabang di area dengan permintaan tertinggi.
- Menghadirkan konsep lapangan yang nyaman dan estetik untuk mendukung pengalaman bermain.
- Melakukan aktivasi komunitas dan event rutin agar adopsi pasar lebih cepat.
Ekspansi bisnis yang sukses bukan hanya soal memperbanyak cabang, tetapi tentang memahami pasar secara mendalam. Media monitoring dan Social media listening memberikan data yang kuat dan relevan sehingga keputusan ekspansi menjadi lebih tepat, minim risiko, dan berkelanjutan.
Media monitoring dan Social Media Listening dapat membantu Anda dalam:
- Analisis Perilaku Konsumen per Wilayah
- Analisis Kompetitor
- Market Sentiment Mapping
- Rekomendasi Lokasi Ekspansi Berbasis Data
Dengan social media listening, ekspansi dilakukan berdasarkan kebutuhan nyata, bukan sekadar intuisi. Langkah ekspansi lebih akurat karena kita tahu apa yang dibutuhkan.
Indonesia: A Global Consumer Giant And How Brands Can Win Now
Indonesia’s Market Potential: A Consumer Powerhouse in Southeast Asia

Indonesia stands as one of the world’s most promising and dynamic consumer markets. With a population of more than 280 million people, a rapidly expanding middle class, and fast-growing digital adoption, the country offers vast opportunities for both local and global brands seeking sustainable growth.
Indonesia has also become Southeast Asia’s largest digital economy, projected to reach a Gross Merchandise Value (GMV) of USD 90 billion in 2024, fueled by booming e-commerce and digital financial services (Google, Temasek & Bain – e-Conomy SEA 2024 Report).
The country’s digital ecosystem is anchored by an enormous online population:
- 191.4 million active social-media users, or roughly 69 % of Indonesians
- 98.8 % access social platforms via smartphones confirming a mobile-first behavior
- Top platforms include Instagram (173 million users), TikTok, and YouTube
(Hashmeta, 2025)
Digital commerce now reflects Indonesia’s growing purchasing power. The Google e-Conomy SEA 2024 Report estimates that e-commerce alone accounts for about USD 65 billion, driven by platforms such as Tokopedia, Shopee, and TikTok Shop.
Together, these trends make Indonesia both a large and agile consumer market — digitally connected, mobile-first, and culturally diverse offering fertile ground for brands ready to align data driven marketing with real consumer behavior.
Government Strategy: Strengthening Purchasing Power
To sustain consumption and protect household spending, the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia (Kementerian Keuangan RI) has implemented several targeted fiscal strategies throughout 2024–2025. These include:
- Direct social assistance programs and cash top-ups for low-income families, as detailed in the 2025 State Budget Financial Note (Nota Keuangan RAPBN 2025).
- Vouchers and subsidies for essential goods, transportation, and education through initiatives like Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) and Kartu Prakerja, helping stabilize household liquidity.
- Seasonal fiscal stimuli during festive periods such as Ramadan and school holidays, where the government rolls out additional social assistance or food programs to encourage domestic spending confirmed in APBN KiTa Reports by Kemenkeu.
These strategic measures aim to keep liquidity flowing within households, ensuring that consumers maintain spending momentum even amid global uncertainty.
For businesses, these fiscal interventions translate into windows of opportunity — periods where purchasing power peaks, allowing brands to align product launches, promotions, and campaigns to maximize market impact.
How Local and Global Brands Are Reacting
Indonesia’s strengthening consumer base has not gone unnoticed. Both local champions and international brands are recalibrating their strategies to capture this momentum.
1. Real Consumer Behavior Timing
While fiscal aid sustains liquidity, most Indonesians first spend on essentials like food, education, and transport. Smart brands look beyond government payout cycles and focus on real spending peaks, salary periods, festive seasons, school holidays, and year-end bonuses, when optimism and disposable income rise. Aligning campaigns with these natural rhythms drives stronger engagement and conversion than simply following fiscal timelines.
2. Localization Drives Relevance
Indonesia is far from homogenous each region differs in behavior and price sensitivity. Winning brands localize creative messaging, pricing, and influencer partnerships by geography to ensure resonance and cultural fit.
3. Omnichannel & Digital-First Marketing
With e-commerce and mobile wallets dominating retail, marketers now prioritize seamless omnichannel strategies integrating social media → marketplace → payment → fulfillment. A mobile-first strategy is no longer optional; it’s essential.
4. Data-Led Creativity
Combining influencer storytelling with real-time analytics enables brands to test content, measure impact, and adapt quickly turning creativity into conversion.
The Role of Media Monitoring and Social Media Listening
In this fast-evolving landscape, agility is key and agility starts with intelligence.
Media Monitoring and Social Media Listening have become critical tools for brands seeking to stay ahead of shifting consumer sentiment and market trends.
Platforms like Skema Data Indonesia’s Media Monitoring & Social Listening System help organizations track digital conversations, news coverage, and online engagement offering actionable insights in real time.
How these tools empower brands:
- Early Signal Detection: Monitor fiscal announcements or policy updates to anticipate changes in consumer behavior.
- Demand Insight: Detect spikes in product mentions or searches (e.g., “Ramadan discounts”, “voucher belanja”) to reallocate ad budgets dynamically.
- Sentiment Analysis: Understand consumer perception around price, quality, or service enabling proactive brand response.
- Competitor Tracking: Measure share of voice (SOV) and compare visibility versus competitors.
- Crisis Management: Spot early warning signs from online chatter to protect brand reputation.
Together, these tools help transform market noise into strategic intelligence, forming the foundation of a Marketing 360 approach.
Turning Insights into a Marketing 360 Strategy

Data is only valuable when it drives decisions. With proper integration, Media Monitoring and Social Listening can power a full Marketing 360 framework one that listens, learns, and leads.
Implementation framework:
- Listen & Label: Collect and categorize real-time mentions from media and social platforms.
- Prioritize & Act: Rank signals by velocity, sentiment, and reach to identify opportunities.
- Activate & Optimize: Launch campaigns that align with fiscal events or emerging trends.
- Measure & Improve: Track conversion uplift, sentiment change, and SOV to refine strategy.
Key metrics:
- Mention growth rate (overall & regional)
- Sentiment change (before/after campaign)
- Conversion lift post-activation
- Share of Voice (vs competitors)
- Sell-through rate vs demand forecast
This closed loop system turns listening data into marketing foresight enabling brands to react fast and act smarter.
Indonesia’s economy remains robust, supported by proactive fiscal measures that safeguard consumer purchasing power. For brands, this means more than a large market, it means a smarter, data-ready market.
Those who combine economic awareness, localized creativity, and media intelligence will be best positioned to lead in Indonesia’s next wave of consumer growth.
Through media monitoring and social listening, companies can translate macroeconomic trends into marketing action achieving agility, relevance, and measurable results through a true Marketing 360 approach.
Skema Data Indonesia Hadir di Trade Expo Indonesia 2025: Tampilkan Inovasi Data Analytics untuk Dorong Transformasi Digital Bisnis
ICE BSD, 19 Oktober 2025 — Skema Data Indonesia berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, ajang tahunan yang mempertemukan pelaku industri kreatif, teknologi, dan bisnis dari berbagai negara. Dalam kesempatan ini, Skema Data Indonesia bergabung bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta sejumlah startup teknologi informasi untuk menampilkan inovasi berbasis data yang mendukung transformasi digital di sektor bisnis.
Menampilkan Solusi Data Analytics, Media Monitoring, dan Social Media Listening
Melalui booth interaktif, Skema Data Indonesia memperkenalkan Data Analytics Tool yang berfokus pada Media Monitoring dan Social Media Listening. Tim Skema juga memberikan demo langsung untuk menunjukkan bagaimana teknologi ini bekerja dalam mengumpulkan, menganalisis, dan memvisualisasikan percakapan digital dari berbagai platform media.
Solusi ini dirancang untuk membantu pelaku usaha memahami opini publik, tren industri, dan sentimen audiens secara real time, sehingga keputusan strategis dapat diambil dengan lebih cepat, akurat, dan berbasis data.
Kunjungan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif


Image by: Kemenekraf
Booth Skema Data Indonesia sempat dikunjungi oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Ibu Irene Umar, dan berkesempatan berdialog dengan tim Skema. Dalam diskusi tersebut, selain membahas mengenai cara kerja Media Monitoring dan Social Media Listening, juga berdiskusi bagaimana potensi Media Monitoring dan Social Media Listening dalam mendukung kebijakan berbasis data serta meningkatkan kemampuan pelaku bisnis, termasuk di sektor ekspor dan impor untuk menavigasi pasar global dengan lebih akurat.
Manfaat Media Monitoring dan Social Media Listening bagi Pelaku Bisnis


Bagi pelaku ekspor dan impor, Media Monitoring membantu memetakan tren permintaan pasar internasional, reputasi merek di various negara, serta memantau isu dan kebijakan perdagangan yang relevan. Sementara itu, Social Media Listening memungkinkan bisnis untuk menangkap aspirasi dan preferensi konsumen, sekaligus membangun komunikasi yang lebih personal dan responsif.
Kedua pendekatan ini menjadi bagian penting dari strategi 360° Marketing, di mana seluruh kanal komunikasi, mulai dari media sosial, website, hingga kegiatan offline saling terintegrasi dan didukung oleh insight berbasis data.
Partisipasi Skema Data Indonesia di Trade Expo Indonesia 2025 menjadi wujud komitmen perusahaan dalam menghadirkan inovasi yang memperkuat daya saing bisnis nasional di era digital. Dengan pemanfaatan data secara strategis, Skema Data Indonesia percaya bahwa setiap keputusan bisnis yang tepat berawal dari pemahaman mendalam terhadap informasi dan di tengah ekonomi kreatif yang terus berkembang, data adalah fondasi dari pertumbuhan yang berkelanjutan.
Media Monitoring & Social Media Listening: Kunci Strategi Data-Driven Marketing di Indonesia
Dalam lanskap digital yang semakin padat, setiap percakapan, ulasan, dan komentar di media sosial memiliki nilai bisnis yang besar. Di tengah derasnya arus informasi, media monitoring dan social media listening menjadi dua strategi penting bagi perusahaan untuk memahami apa yang sedang dibicarakan tentang brand, kompetitor, dan tren pasar.
Indonesia, dengan lebih dari 190 juta pengguna aktif media sosial, termasuk salah satu pasar digital terbesar di dunia. Kondisi ini menjadikan aktivitas monitoring dan listening bukan lagi pilihan, tetapi keharusan bagi setiap brand yang ingin tetap relevan dan responsif terhadap perubahan perilaku konsumen.
Apa Itu Media Monitoring dan Social Media Listening?
Keduanya memang serupa, sama-sama berfungsi untuk memantau percakapan dan informasi tentang brand, tetapi fokus platform yang dipantau membuat keduanya berbeda dalam cakupan dan tujuan.
- Media Monitoring berfokus pada pemantauan pemberitaan dan penyebutan brand di media massa dan kanal digital non-sosial, seperti portal berita online, blog, forum, dan situs web. Tujuannya adalah untuk mengetahui eksposur publik, reputasi, serta potensi isu atau pemberitaan negatif yang dapat memengaruhi citra brand.
- Social Media Listening memantau percakapan dan interaksi di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, X (Twitter), Facebook, TikTok, Threads, Google Review, Google Play Store, hingga App Store. Melalui aktivitas ini, perusahaan dapat memahami bagaimana audiens berbicara, bereaksi, dan berinteraksi langsung dengan brand di kanal tempat percakapan digital terjadi setiap hari.
Sederhananya, media monitoring mendengarkan pemberitaan, sedangkan social media listening mendengarkan percakapan publik di dunia maya.
Keduanya saling melengkapi untuk memberikan gambaran utuh tentang persepsi masyarakat terhadap brand.
Mengapa Penting untuk Bisnis di Indonesia?
Berikut beberapa alasan mengapa brand di Indonesia perlu berinvestasi dalam media monitoring dan social media listening:
1. Mengukur Reputasi Brand Secara Real-Time
Reputasi dapat berubah dalam hitungan jam di era digital. Monitoring membantu perusahaan mendeteksi potensi krisis lebih cepat, sehingga bisa merespons sebelum isu berkembang.
2. Menganalisis Persepsi Publik
Melalui social media listening, brand dapat memahami bagaimana publik memandang produk atau kampanye mereka — apakah disukai, dikritik, atau malah diabaikan. Hasil analisis ini bisa menjadi dasar untuk menyusun strategi komunikasi yang lebih akurat.
3. Menemukan Peluang Pasar Baru
Percakapan di media sosial sering kali membuka wawasan baru. Misalnya, keluhan pelanggan bisa menjadi ide inovasi produk, atau tren lokal bisa jadi peluang kampanye baru.
4. Meningkatkan Efektivitas Kampanye Digital
Data hasil monitoring membantu perusahaan menilai performa kampanye secara objektif, menentukan KPI yang realistis, dan mengoptimalkan penggunaan anggaran media.
Pendekatan Data-Driven dari Skema Data Indonesia
Sebagai perusahaan berbasis data intelligence, PT Skema Data Indonesia menghadirkan solusi media monitoring dan social media listening yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis di Indonesia.
Pendekatan Skema tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga mengubahnya menjadi insight strategis yang mudah dipahami dan bisa langsung ditindaklanjuti.
Beberapa keunggulan layanan Skema meliputi:
- Analitik Multi-Kanal, memantau percakapan lintas platform: X (Twitter), Facebook, TikTok, Instagram, hingga media online nasional.
- Sentiment & Trend Analysis, mengidentifikasi emosi publik (positif, negatif, netral) dan memetakan topik yang paling banyak diperbincangkan.
- AI-Powered Insight, menggunakan analisis berbasis machine learning untuk menghasilkan insight mendalam, bukan sekadar laporan angka.
- Real-Time Alert System, memberikan notifikasi otomatis ketika muncul potensi isu krisis atau lonjakan percakapan mendadak.
Dengan insight yang akurat dan visualisasi yang jelas, perusahaan dapat membuat keputusan lebih cepat dan lebih tepat, mulai dari perencanaan komunikasi hingga pengelolaan reputasi digital.
Di era informasi yang serba cepat, kemampuan membaca dan memahami data percakapan publik menjadi keunggulan kompetitif bagi setiap perusahaan.
Melalui media monitoring dan social media listening, brand dapat:
- Memperkuat citra dan reputasi,
- Mengantisipasi potensi krisis lebih awal, serta
- Mengambil keputusan berbasis data yang selaras dengan dinamika digital Indonesia.
Dalam dunia digital yang serba cepat, memahami data bukan sekadar soal angka, tapi tentang membaca cerita di balik setiap percakapan. Dengan pendekatan data driven communication, Skema Data Indonesia membantu brand dan organisasi menemukan makna di balik insight agar setiap keputusan komunikasi lebih tepat, relevan, dan berkelanjutan.
Masa Depan Corporate Communications: Antara Data, Teknologi, dan Sentuhan Manusia
Dunia komunikasi terus berubah, cepat, dinamis, dan serba digital. Tapi di balik semua inovasi teknologi, satu hal tetap sama: komunikasi yang kuat selalu dimulai dari pemahaman yang dalam tentang manusia.
Bagaimana perusahaan mampu menggabungkan kekuatan data, teknologi, dan nilai kemanusiaan untuk membangun komunikasi yang relevan, autentik, dan berkelanjutan.
Dari Banyak Kanal ke Satu Cerita yang Konsisten
Kehadiran di banyak kanal digital bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Masalahnya, banyak perusahaan atau brand yang masih berbicara berbeda di tiap platform, padahal audiens sekarang ingin pengalaman yang utuh dan konsisten.
Website, media sosial, newsletter, sampai chatbot, semuanya harus nyambung. perusahaan atau brand perlu tahu kapan harus informatif, kapan harus ringan, dan kapan harus empatik. Karena komunikasi yang baik bukan cuma soal “berapa banyak yang disampaikan”, tapi “seberapa dalam pesan itu dirasakan”
AI dan Data = Partner, Bukan Pengganti
Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam strategi komunikasi dan pemasaran. Dengan kemampuannya mengolah data dalam skala besar, AI memungkinkan perusahaan menghasilkan konten yang lebih personal dan efisien.
Namun, kemajuan ini juga membawa risiko baru. Dari isu bias data, etika penggunaan, hingga potensi kehilangan sentuhan manusia. Oleh karena itu, strategi komunikasi yang efektif di era ini menuntut keseimbangan antara efisiensi teknologi dan keaslian pesan.
AI seharusnya bukan pengganti kreativitas manusia, melainkan alat untuk memperkuatnya, membantu tim komunikasi memahami audiens lebih dalam dan membuat pesan yang lebih relevan.
Kecepatan vs. Kualitas: Tantangan Komunikasi di Era Real-Time
Siklus berita dan informasi kini bergerak dalam hitungan menit. Perusahaan dan Brand dituntut untuk cepat merespons, tanpa kehilangan akurasi dan kredibilitas.
Kuncinya bukan sekadar bekerja lebih cepat, tetapi bekerja lebih terarah dan terukur, dengan sistem content governance yang jelas, mulai dari approval process, tone of voice, hingga standar etika komunikasi. Pendekatan ini bukan hanya menjaga konsistensi brand, tetapi juga memperkuat kepercayaan publik terhadap setiap pesan yang disampaikan.
Personalisasi dan Individualisasi. Data Menjadi Bahasa Baru Komunikasi
Jika dulu personalisasi berarti menyebut nama audiens dalam email, kini konsepnya jauh lebih kompleks. Dengan dukungan analitik dan AI, perusahaan mampu menyesuaikan pesan berdasarkan konteks perilaku, lokasi, bahkan suasana hati pengguna.
Era individualized communication ini menuntut kemampuan brand untuk berbicara langsung dengan audiens bukan sekadar menjangkau mereka, tetapi benar-benar memahami mereka. Itulah mengapa kemampuan analisis data kini menjadi pondasi utama dalam membangun komunikasi yang relevan dan berdampak.
Di Tengah Dunia Digital, Sentuhan Manusia Tetap Dicari
Walaupun semua serba online, interaksi langsung tetap punya tempat penting. Event tatap muka, forum diskusi, hingga community engagement kembali menjadi elemen penting dalam membangun hubungan yang lebih hangat dan autentik.
Ke depan, keberhasilan komunikasi bukan hanya diukur dari jumlah reach atau engagement, tetapi dari kedalaman hubungan dan kepercayaan yang berhasil dibangun antara brand dan audiensnya.
Employee Advocacy: Suara dari Dalam yang Membangun Kredibilitas
Karyawan kini menjadi brand ambassador paling autentik. Konten yang dibagikan oleh karyawan terbukti lebih efektif dalam membangun engagement dibandingkan konten dari akun resmi perusahaan.
Dengan membangun budaya komunikasi internal yang kuat dan terbuka, perusahaan tidak hanya memperkuat reputasi eksternal, tetapi juga meningkatkan loyalitas dan rasa memiliki di dalam organisasi.
Masa depan corporate communications bukan hanya tentang adopsi teknologi terbaru, tetapi tentang bagaimana organisasi mengintegrasikan data, AI, dan empati manusia dalam satu strategi komunikasi yang utuh.
Perusahaan yang mampu memadukan ketiganya akan unggul bukan hanya karena paling cepat berbicara, tetapi karena paling bermakna ketika berbicara.
Monitoring Sponsorship: Kunci Mengukur Dampak dan Nilai Kerja Sama Brand
Era Baru Sponsorship: Dari Sekadar Eksposur ke Data Terukur
Dulu, keberhasilan sponsorship sering diukur dari seberapa sering logo muncul di layar.
Sekarang, pertanyaannya lebih dalam: berapa kali logo itu benar-benar muncul, di mana saja, dan apa dampaknya terhadap brand?
Itulah kenapa monitoring sponsorship jadi bagian penting dalam strategi komunikasi modern. Bukan hanya mencatat tayangan logo, tapi juga membantu brand memahami nilai visibilitas yang mereka peroleh, baik di televisi, media online, hingga platform digital seperti Instagram atau TikTok.
Apa yang Dimaksud dengan Monitoring Sponsorship?
Secara sederhana, monitoring sponsorship adalah cara untuk melacak dan menganalisis kemunculan logo brand di berbagai media selama masa kerja sama berlangsung. Tujuannya: memastikan setiap penempatan logo benar-benar memberikan hasil yang bisa diukur.
Pemantauan bisa dilakukan di berbagai kanal:
- Media siaran (TV & streaming), menghitung berapa kali logo muncul dan berapa lama tayang.
- Media digital & portal berita, mendeteksi penyebutan dan tampilan visual brand dalam publikasi online.
- Media sosial, melacak unggahan atau video yang menampilkan logo di platform seperti Instagram, X, TikTok, YouTube, hingga Threads.
Dari hasil tersebut, brand bisa mengetahui total frekuensi, jangkauan, dan nilai eksposur (media value) yang mereka dapat.
Mengapa Monitoring Sponsorship Itu Penting?
Karena sponsorship adalah investasi. Dan setiap investasi seharusnya bisa diukur.
Tanpa data yang jelas, brand hanya menebak seberapa besar nilai yang didapat dari penempatan logo mereka.
Dengan monitoring, semuanya jadi terukur, transparan dan berbasis fakta.
Berikut beberapa alasan mengapa brand di Indonesia perlu melakukan monitoring sponsorship:
- Mengetahui seberapa sering logo tampil dan di mana saja.
- Menghitung nilai tayangan logo dalam bentuk media value.
- Membandingkan eksposur dengan sponsor lain dalam acara yang sama.
- Mendukung laporan sponsorship yang lebih akurat dan kredibel.
Monitoring sponsorship membantu brand menjawab pertanyaan sederhana tapi penting:
“Apakah logo kita benar-benar terlihat dan seberapa besar nilainya?”
Dari Data ke Insight: Cara Modern Mengukur Eksposur Brand
Teknologi saat ini memungkinkan pengukuran sponsorship berjalan otomatis.
Dengan bantuan AI dan image recognition, sistem dapat mengenali logo di video, foto, maupun siaran langsung.
Beberapa metrik utama yang sering dianalisis meliputi:
- Jumlah kemunculan logo (frequency)
- Durasi tampil di layar (screen time)
- Ukuran dan posisi logo dalam frame
- Nilai media ekuivalen (advertising value equivalent)
Hasilnya? Brand tidak hanya tahu “berapa kali” logo muncul, tapi juga seberapa bernilai setiap kemunculan itu dalam konteks visibilitas dan awareness.
Melalui monitoring sponsorship, brand dapat menilai efektivitas investasinya secara lebih objektif, menemukan ruang untuk optimalisasi, serta membangun kemitraan yang semakin strategis ke depan.
Media Monitoring untuk Pemangku Kepentingan Indonesia: Mendengar Suara Rakyat, Mencegah Krisis
Demonstrasi DPR RI: Cermin Krisis Kepercayaan Publik
Indonesia baru saja diguncang demonstrasi besar di depan Gedung DPR RI. Aksi ini dipicu oleh kebijakan kenaikan tunjangan DPR yang dianggap tidak masuk akal di tengah tekanan ekonomi rakyat. Demonstrasi yang berlangsung pada 25 Agustus 2025 memunculkan gelombang ketidakpuasan, bentrokan, hingga jatuhnya korban jiwa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa jurang antara aspirasi masyarakat dan keputusan elit politik masih cukup lebar. Publik merasa tidak didengar, sementara para pemangku kepentingan dianggap jauh dari realitas rakyat.
Mengapa Media Monitoring Penting bagi Pemangku Kepentingan
Di era digital, suara rakyat tidak hanya terdengar di jalanan, tetapi juga melalui media, baik media massa maupun media sosial. Di sinilah Media Monitoring atau Social Listening hadir sebagai solusi.
Dengan Media Monitoring dan Social Listening, para pemangku kepentingan dapat:
- Melihat aspirasi publik sejak dini sebelum menjadi tuntutan besar atau demonstrasi.
- Memahami persepsi masyarakat terhadap kebijakan — apakah diterima, diperdebatkan, atau ditolak.
- Merumuskan program dan regulasi yang relevan dengan kebutuhan publik, bukan sekadar asumsi.
- Membangun kepercayaan publik dengan bukti nyata bahwa pemerintah hadir dan mendengar.
Kebijakan yang kuat lahir dari data dan suara rakyat. Dengan media monitoring, para pengambil keputusan dapat mencegah krisis sosial, menjaga stabilitas politik, sekaligus meningkatkan kualitas strategi komunikasi publik.
Media Monitoring, Strategi Komunikasi, dan Public Speaking
Selain mendengar aspirasi, pemangku kepentingan juga membutuhkan strategi komunikasi yang efektif. Informasi yang diperoleh dari media monitoring harus diolah menjadi pesan yang:
- Tepat sasaran → Menjawab kebutuhan dan keresahan masyarakat.
- Transparan → Mengurangi potensi kesalahpahaman.
- Meyakinkan → Membangun citra kepemimpinan yang kredibel.
Di sinilah public speaking berperan penting. Penyampaian pesan yang jernih, terukur, dan penuh empati dapat meredam keresahan publik sekaligus memperkuat legitimasi pemangku kepentingan.
Media Monitoring untuk Penanganan Krisis
Gelombang protes di DPR RI menjadi bukti bahwa tanpa mekanisme mendengar rakyat secara sistematis, kebijakan bisa memicu gejolak. Media monitoring berfungsi sebagai early warning system untuk:
- Mendeteksi potensi krisis sejak dini.
- Menangkap isu strategis yang berkembang di masyarakat.
- Menyusun strategi komunikasi publik yang adaptif.
- Mengelola crisis communication agar tidak meluas menjadi instabilitas politik.
Dengan pendekatan ini, media monitoring bukan hanya teknologi analisis, melainkan instrumen demokrasi yang menegaskan bahwa suara rakyat adalah kompas bagi kebijakan negara.
Saatnya Pemangku Kepentingan Lebih Responsif
Kebijakan publik yang lahir tanpa mendengar rakyat hanya akan memperbesar jurang ketidakpercayaan. Media monitoring, social listening, strategi komunikasi, public speaking, dan penanganan krisis memberi kesempatan bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia untuk benar-benar hadir, mendengar, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
Dengan kombinasi ini, stabilitas politik dapat terjaga, kepercayaan publik kembali pulih, dan demokrasi Indonesia semakin kokoh.
AI Menulis, Kita Percaya: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Informasi di Era Digital Indonesia?
Dari Penulis ke Mesin: Transformasi Cara Kita Membuat Konten
Dulu, menulis artikel butuh waktu, riset, dan keterampilan bahasa. Sekarang, cukup ketik beberapa kalimat perintah, dalam hitungan detik muncul tulisan rapi seperti dikerjakan penulis profesional.
Inilah yang ditawarkan artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT, Gemini, atau Claude—mesin pintar yang mampu membuat opini, cerita, bahkan analisis panjang seolah ditulis manusia.
Tantangan Besar: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Informasi AI?
Namun, di balik kecanggihan ini, muncul pertanyaan penting: ketika AI yang menulis, siapa yang bertanggung jawab atas kebenaran isi tulisannya?
AI tidak bekerja dengan hati atau intuisi, melainkan mengandalkan data pelatihan yang sudah dimasukkan sebelumnya. Data itu memang luas, tetapi tidak selalu benar. Akibatnya, AI bisa menghasilkan informasi yang terdengar meyakinkan, padahal keliru.
Inilah yang membuat AI berpotensi menjadi mesin penyebar informasi menyesatkan—mulai dari hoaks yang dikemas seperti laporan ilmiah, opini publik yang digiring lewat artikel otomatis, hingga konten viral tanpa sumber jelas.
Disinformasi Digital: Ancaman untuk Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pengguna internet dan media sosial terbesar di dunia, sangat rentan terhadap disinformasi digital. Dalam hitungan menit, sebuah postingan bisa menjadi viral dan memengaruhi opini publik.
Karena itu, tanggung jawab tidak bisa dibebankan hanya pada satu pihak.
- Pengguna harus kritis sebelum membagikan informasi.
- Platform digital harus jujur soal keterbatasan AI mereka.
- Pemerintah dan regulator perlu membuat aturan jelas agar konten AI tidak liar.
Solusi: Media Monitoring dan Social Media Listening
Salah satu cara efektif menjaga kualitas informasi adalah melalui media monitoring dan social media listening.
Teknologi ini membantu:
- Mendeteksi tren disinformasi sejak awal.
- Melacak penyebaran konten AI.
- Menganalisis reaksi publik secara real-time.
Dengan bantuan NLP (Natural Language Processing), proses ini semakin cerdas, bahkan bisa memahami konteks dari konten yang rumit.
Skema Data Indonesia: Menjaga Kebenaran Informasi
Di Indonesia, Skema Data Indonesia hadir sebagai solusi untuk memastikan arus informasi tetap sehat. Bukan hanya memantau, tapi juga memberi konteks pada data, sehingga informasi tidak berhenti di angka, melainkan bisa dipahami dan dimanfaatkan oleh publik maupun brand.
Kesimpulan: AI, Informasi, dan Masa Depan Transparansi
AI memang bisa menulis dengan sempurna. Tapi tanpa pengawasan, kita hanya akan menjadi pembaca pasif yang percaya tanpa periksa.
Di dunia serba cepat ini, media monitoring bukan lagi pilihan—melainkan penjaga kebenaran di tengah lautan informasi digital.
Karena pada akhirnya:
- Siapa yang mengontrol informasi, mengontrol persepsi.
- Dan siapa yang memantau, menjaga kebenaran.
Antara Fakta dan Viral: Tantangan Brand Reputation di Era Post-Truth
Era Post-Truth: Ketika Emosi Mengalahkan Fakta
Di era digital sekarang, kebenaran bukan lagi satu-satunya faktor yang membentuk opini publik. Kita hidup di masa post-truth, ketika emosi dan keyakinan pribadi lebih berpengaruh dibandingkan fakta objektif.
Konten bisa viral bukan karena akurat, tapi karena:
- Menyentuh emosi audiens.
- Memicu kemarahan atau rasa penasaran.
- Menguatkan pendapat yang sudah ada.
Bagi brand, fenomena ini adalah tantangan besar dalam menjaga reputasi digital.
Ancaman Viral untuk Reputasi Brand
Satu komentar negatif di media sosial bisa berubah jadi ribuan retweet.
Satu video singkat bisa memicu gelombang komentar pedas.
Dan satu narasi keliru bisa membentuk persepsi publik hanya dalam hitungan jam.
Masalahnya, klarifikasi berbasis fakta sering kalah cepat dibanding viralnya isu. Bahkan, banyak informasi yang sengaja dipelintir demi membentuk opini tertentu. Jika brand tidak siap, reputasi bisa hancur karena isu yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Kunci Strategi: Media Monitoring & Social Media Listening
Menghadapi era post-truth bukan hanya soal cepat merespons. Yang lebih penting adalah membaca arah percakapan publik sebelum isu membesar.
Dengan media monitoring dan social media listening, brand dapat:
- Mengetahui topik yang sedang ramai dibicarakan.
- Mengidentifikasi siapa yang memulai narasi.
- Menganalisis perkembangan sentimen (positif, netral, negatif).
- Memetakan risiko yang berpotensi menjadi krisis reputasi.
Teknologi AI untuk Reputasi Brand
Skema Data Indonesia memanfaatkan AI dan Natural Language Processing (NLP) untuk memantau percakapan publik secara real-time. Dengan teknologi ini, brand bisa mendapatkan gambaran utuh tentang:
- Tren percakapan publik.
- Isu yang berpotensi viral.
- Pola sentimen yang membentuk persepsi audiens.
Menguasai Narasi di Era Post-Truth
Di era ini, siapa yang menguasai narasi akan menguasai perhatian publik. Bukan hanya soal cepat berbicara, tapi juga cerdas membaca situasi.
Karena pada akhirnya, di antara fakta dan viral, yang paling menentukan adalah brand yang mampu menjaga kepercayaan melalui strategi monitoring, respon empatik, dan komunikasi yang konsisten.
Dari Komplain Jadi Loyalitas: Strategi Brand dengan Media Monitoring & Social Media Listening
Keluhan Bukan Ancaman, Tapi Peluang
Banyak perusahaan masih melihat komplain pelanggan sebagai ancaman reputasi. Padahal, riset menunjukkan sebaliknya: keluhan yang ditangani dengan baik dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Bahkan, pelanggan yang puas atas penyelesaian masalahnya cenderung lebih loyal dibanding mereka yang tidak pernah mengalami masalah sama sekali (Tax et al., 1998).
Artinya, setiap komplain adalah titik sentuh strategis untuk memperkuat hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Era Digital: Komplain Kini Terjadi di Ruang Publik
Di masa lalu, keluhan pelanggan umumnya masuk melalui call center atau email resmi. Namun, kini banyak keluhan muncul di media sosial, forum online, hingga kolom komentar.
Perubahan ini menuntut perusahaan untuk:
- Mendeteksi keluhan secara real-time.
- Memantau percakapan publik di berbagai kanal.
- Merespons lebih cepat sebelum isu kecil berkembang menjadi krisis reputasi.
Media Monitoring & Social Media Listening: Kunci Respons Real-Time
Di sinilah peran media monitoring dan social media listening menjadi vital.
Media monitoring membantu perusahaan mengawasi semua percakapan publik tentang brand di berita, media sosial, blog, dan forum.
Social media listening melangkah lebih jauh, dengan menganalisis sentimen, memahami konteks percakapan, dan menemukan tren yang relevan.
Sebagai contoh, Skema Data Indonesia mendukung brand dalam menangkap dan menganalisis percakapan online menggunakan teknologi berbasis AI dan Natural Language Processing (NLP).
Dengan sistem ini, perusahaan bisa:
- Mendeteksi dini potensi krisis, misalnya percakapan negatif yang meningkat.
- Memahami konteks keluhan sehingga respons lebih tepat, personal, dan empatik.
- Mengidentifikasi pola masalah berulang untuk inovasi produk & peningkatan layanan (Van Doorn et al., 2010).
Teknologi Harus Didukung Budaya Responsif
Meski teknologi seperti AI sentiment analysis sangat membantu, kunci sukses ada pada budaya organisasi yang adaptif terhadap kritik.
Perusahaan perlu:
- Melatih staf media sosial agar profesional & empatik dalam merespons keluhan.
- Membuka ruang bagi manajemen untuk menjadikan kritik sebagai bahan evaluasi.
- Mengintegrasikan teknologi monitoring dengan sistem umpan balik digital.
Dari Keluhan ke Loyalitas: Strategi Memenangkan Hati Pelanggan
Dengan menggabungkan media monitoring, social media listening, AI sentiment analysis, dan pendekatan humanis, perusahaan tidak hanya mampu menyelesaikan masalah lebih cepat, tetapi juga mengubah keluhan menjadi:
- Peluang membangun kepercayaan,
- Landasan loyalitas jangka panjang,
- Dan strategi memperkuat brand di tengah kompetisi digital.
Seperti visi Skema Data Indonesia: setiap percakapan publik adalah peluang untuk memahami audiens, memperbaiki kelemahan, dan memperkuat posisi brand di era digital.











